Jokja Istimewa – Hari ini Senin 22/07/2015 masih di udik, tanah tumpah darah, tanah kelahiran, rumah orang tua, rumah warisan hehehe rasanya masih ingin berlama lama disini akan tetapi masih banyak tanggung jawab, masih banyak harapan, masih banyak impian dan perjalanan, perjuangan musti terus berjalan, semangat terbangun kembali setelah sungkem dan minta do’a restu orang tua, para orang yang lebih tua, para tetua kampung.
Adalah semangat untuk menelusuri jejak jejak perjalanan kehidupan adalah satu hal yang tidak dapat dipungkiri bagi kaum urban seperti aku, setiap kali disaat saat kita kembali dari perantauan bagi kaum “mboro” pengembara dipastikan akan kembali menelusuri jejak jejak kehidupan mereka, menelusuri jalan memori, sepahit apapun jalan memori seakan diputar kembali namun sang waktulah yang tidak mau untuk kembali.
Banyak dari kalangan urban manakala kembali ke “udik” tanah kelahirannya akan mencari teman sepermainannya, seperjuangannya, seumurnya seakan akan bercerita akan keberhasilannya dikota dengan membawa segala kemewahan kota ke tempat asalnya, akan bercerita tentang berapa upah mereka, berapa anak mereka, jabatan apa mereka, tentang keberhasilan perjuangan mereka dikota, namun tidak sedikit dari mereka bercerita tentang kepahitan, bercerita kegagalan, bercerita pabrik tempat dia bekerja kolaps dan harus bertahan hidup dikerasnya kehidupan kota.
Semangat terbangun melalui reuni sekolah baik itu ketika di SD, SMP, maupun SLTA bahkan ketika bersama di perguruan tinggi. Yang sangat menjadikan suatu kelucuan ketika membicarakan seseorang yang sudah puluhan tahun tidak bertemu ehh yang dibicarakan ada didepannya karena apa? seiring bertambahnya umur, seiring dengan perbedaan kesejahteraan masing masing orang ternyata berubah pula wajah seseorang, yang kita anggap cantik dahulu ternyata sekarang gembrot, yang dahulu dianggap biasa saja eh sekarang cakep hemm roda kehidupan memang berputar.
sedikit pesan dari seorang kawan seperjuangan di perantuan jangan ceritakan berapa banyak harta yg telah kau kumpulkan, berapa besar uang yang kalian bawa (?) tapi ceritakanlah perjuangan kalian, yang penuh cerita suka maupun duka, karena di situlah sebenarnya hartamu yg sebenarnya. Bila rasa rindumu telah terobati, segeralah kembali, karena masih banyak pekerjaan yang menunggu kalian, masih banyak kawan-kawan kita yg butuh uluran tanganmu, masih banyak buruh yang menjerit dalam kemiskinan, inilah tugas kita, untuk membantu mereka. tularkan semangat panji panji perjuangan kepada kawan-kawan di daerah, gunakan antribut perjuangan sehingga semangat perjuangan akan dikenal didaerah, issu perjuangan buruh telah menjadi ranah publik dan sering kali liputan perjuangan buruh menjadi berita nasional, lanjutkan kawan karena kalian adalah barisan para pejuang buruh.
Coba tengok jalanan ibu kota ketika kalian mudik jalanan begitu lengang, pabrik pabrik berhenti beroperasi, roda perekonomian seakan berhenti (?) coba renungkan seandainya itu semua tidak ada kalian kawan? Apakah para pemodal itu akan mengerakkan mesin mesin produksinya sendiri? Sadarilah kalianlah sebenarnya pengerak perekonomian negara, dari tangan tanganmulah tercipta sepatu, sandal, motor, mobil, dan lain sebagainya, engkau berhak untuk menikmati dari apa jerih payah yang kau kerjakkan. Sadarilah engkaulah kelas pekerja pengerak roda perekonomian.
salam DPS